Memek Budhe Sayekti - Kumpulan Berita Dewasa | Cerita Dewasa | Artikel dewasa
Headlines News :
Home » , , » Memek Budhe Sayekti

Memek Budhe Sayekti

Written By master on Senin, 16 Mei 2016 | 06.22

Panggil saja namanya Budhe Sayekti, umurnya kira kira 53 an, seorang wanita paruh baya yang berasal dari sebuah desa di Jawa Tengah.
Meski sudah mempunyai cucu, wanita baya ini memang benar-benar masih membangkitkan gairah birahiku. Budhe Sayekti berprofesi sebagai seorang pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga orang asing di Jakarta, sedangkan aku seorang pekerja swasta di Jakarta yang tinggal di tempat kos. Aku menyukai wanita baya memang sejak lama. Jika dorongan nafsuku sudah tak terbendung aku pergi ke kafe-kafe sekedar mencari wanita yang sesuai dengan seleraku untuk kujadikan pelampiasan. Selain itu, aku lebih suka menyendiri cari tempat kos, karena aku punya kebiasaan “aneh”. Aku tidak bisa tidur kalau belum onani. Itulah sebabnya di laptopku ada koleksi ratusan gambar bugil wanita wanita baya yang kujadikan sebagai obyek fantasiku saat beronani. Kadang aku suka nginap di Hotel L di kawasan Taman Sari. Kalau nafsuku sudah di ubun-ubun aku ke sana dan minta tolong pegawai hotel untuk mencarikan perempuan. Aku pernah ditawari temen tidur oleh pegawai hotel itu. Pertama aku dikasih foto wanita bugil yang muda-muda dan cantik, tapi langsung kutolak. “Mas, seleraku bukan ini. Aku suka yang STW- STW gitu. Fotonya ada nggak?!” tanyaku. “Ada, Bang. Tapi saya telepon temen saya dulu ya”, kata si pegawai. Memang benar. Tak lama setelah itu aku dikasih koleksi foto-foto PSK yang termasuk kategori STW. Tapi malam itu aku tak berselera sama foto-foto yang ditunjukkan karena kurus- kurus. Bang, mau nggak sama ibu ibu tukang pijat? Orangnya agak gemuk, bang”, si pegawai hotel menawarkan solusi. “Mana?” “Ada, Bang. Tunggu ya”. Sekitar setengah jam pintu kamarku diketuk. Begitu kubuka, gairahku langsung naik begitu kulihat body emak tukang pijat yang agak gembrot, pas dengan seleraku. Namanya Bu Romlah. Ia memakai kebaya khas Madura. Akhirnya malam itu aku menyetubuhi Bu Romlah, nenek-nenek tukang pijat, sampai 2 kali. Badanku terasa segar kembali karena habis dipijat plus plus sama Bu Romlah. Paginya aku check out untuk pulang ke tempat aku kos. Inilah adalah awal mula aku kenal Budhe Sayekti. Waktu itu masih pagi-pagi sekali aku sudah berada di halte busway dekat Olimo. Di situ ada seorang wanita paruh baya yang sama- sama menunggu busway. Rupanya dia mau menelepon majikannya, tapi pulsanya habis. Dengan sopan kutawari dia HP-ku untuk dipakainya. Tampaknya majikannya minta agar dia cepat-cepat pulang. Untungnya dia punya tujuan yang sama denganku, yaitu ke daerah Blok S. Akhirnya aku ambil inisiatif naik taksi agar cepat sampai. Di dalam taksi sekilas kulirik dia. Hmm, ibu-ibu ini montok juga, pikirku. Dia sebutkan namanya, Sayekti. Aku juga di beri no HP-nya. Budhe Sayekti turun di sekitar jalan Senopati yang aku tahu sebagai pemukiman orang-orang kaya, sementara aku melanjutkan ke tempat kosku. Karena semalaman “bertarung habis- habisan” dengan Bu Romlah, sampai kos aku langsung tidur lagi. Malamnya kutelepon Budhe Sayekti. Aku janjian sama dia untuk ketemuan hari Minggu karena sama majikannya dia dikasih libur bebas setiap hari Minggu. Hari Minggu kemudian aku ketemuan sama Budhe Sayekti di Blok M. Mula-mula kutraktir dia makan-makan. Saat itu sebenarnya otakku udah mulai kotor. Aku berpikir keras bagaimana caranya bisa meniduri wanita baya yang montok ini. Kutawari dia main ke tempat kosku yang suasananya individual banget. Bebas karena yang punya kos tidak tinggal di situ. “Bu, bagaimana kalau istirahat di kosan saya?”, aku mulai melancarkan aksiku. “Ahh, mas ini ada ada saja. Apa kata tetangga mas nanti? Masa bawa nenek-nenek kayak saya?”. Dalam hati aku bersorak, “Ah, kayaknya bisa niihh”. Setelah membujuknya beberapa kali, akhirnya mau juga Budhe Sayekti kuajak ke kosku. Sampai di kos otakku makin ngeres. Tapi aku masih berusaha menahan diri dengan mengajaknya ngobrol-ngobrol ringan. Dari ceritanya, rupanya Budhe Sayekti ditinggal suaminya. “Wahhh … jadi niih”, aku bersorak dalam hatiku. Kemudian sambil ngobrol aku sengaja nyalain laptop dan ku-setting screen savernya dengan foto STW-STW bugil. Otakku makin ngeres saja. Untuk memancing nafsu Budhe Sayekti kubuka akun facebookku yang isinya full dengan foto-foto bugil wanita wanita baya seleraku. “Ah, mas ini aneh,,kok gambarnya orang-orang tuwek (tua) semua?!”, kata Budhe Sayekti dengan logat Jawanya. Dia yang saat itu memakai baju setelan blus terusan dengan rok selutut dipadu dengan celana sejenis stocking ketat warna hitam, membuat bokongnya tampak benar-benar semok dan besar. Aku makin terangsang jadinya. Kemudian aku teringat kalau aku masih menyimpan sebungkus jamu stamina pendongkrak birahi. Aku pura pura ke belakang, lalu cepat-cepat kuminum jamu itu. Sambil menunggu jamunya bereaksi aku meminimize facebookku. “Mas nggak punya kaset film apa?”, tanya Budhe Sayekti. “Nggak ada, Budhe. Adanya film aneh. Emang budhe mau liat?”. “Aneh gimana, mas?” Aku memang cuma punya DVD porno STW-STW. “Oh ya, Budhe anggap aja rumah sendiri. Mau kubikinkan minum, Budhe?”. “Nggak usah, mas. Nanti tak bikin sendiri aja”. Beberapa menit kemudian jamu yang kuminum mulai bereaksi. “Senjataku” perlahan- lahan mulai ereksi, apalagi melihat pantat Budhe Sayekti yang begitu menggairahkan saat ia nungging hendak mengambil gelas. Dalam balutan birahi otak ngeresku berkata, “Awas kamu, Budhe. Bokongmu pasti kujilati nanti”. “Kok sepi, mas? Nanti kita dikira macam macam lagi”, kata Budhe dengan nada khawatir. “Ah, emang kenapa, Budhe? Kalau macam- macamnya sama ibu-ibu bahenol kayak Budhe gini siapa yang nggak suka?”, aku mulai melancarkan rayuan maut. “Mas ini ada ada aja”, kata Budhe Sayekti sambilduduk di sebelah TV dengan kaki bersimpuh menyamping. Di mataku nammpak makin sexy aja Budhe ini. Akhirnya aku mulai memasang perangkap untuk bisa membuat Budhe Sayekti terangsang. Aku sengaja memutar film porno dengan adegan eorang nenek-nenek Thailand yang agak gembrot bersetubuh dengan laki laki yang pantasnya jadi anaknya… “Aah, mas ini nakal yaa … Awas kalau macem- macemin Budhe”. Dengan Budhe berkata begitu justru membuat aku makin gelap mata. Kudekati Budhe, lalu kupegang pundaknya. “Jangan, mas. Nanti di liat orang”, Budhe Sayekti sedikit beringsut menghindariku. “Di sini nggak ada orang, Budhe”, aku makin nekat menempel tubuh Budhe Sayekti dengan nafas memburu karena dilanda nafsu. “Aku nggak kuat, Budhe …”. “Jangan, mas. Budhe udah nenek- nenek lho ...”. Saat itu adegan di film porno sedang mempertontonkan si nenek mengangkang lebar, sementara si laki-laki dengan rakusnya menjilati “milik” si nenek. Pas Budhe mau kucium tiba-tiba terdengar suara pagar dibuka. Budhe kaget dan lari ke arah kamar mandi. “Ssssttt …”, kukasih isyarat pada Budhe untuk diam. Pelan-pelan kuintip dari korden. Rupanya tetangga kamar kosku sedang membawa masuk seorang tante-tante gembrot yang juga sudah agak tua. “Ooh, ternyata yang suka wanita tua bukan aku aja”, pikirku. Aku yakin temanku pasti mau “begituan” juga sama tante-tante itu. Budhe Sayekti kukasih kode untuk mendekat ke jendela. “Tuuh liat, Budhe. Temanku aja suka sama tante-tante”. “Tapi, mas …”, belum lagi Budhe Sayekti selesai bicara kudorong tubuhnya ke tempat tidur lalu kugumuli dia. Jamu yang kuminum benar-benar sudah bereaksi. “Senjataku” sudah sangat tegak berdiri. Sambil melepas baju kuciumi Budhe Sayekti dengan penuh nafsu. Begitu aku sudah bugil, ganti baju Budhe Sayekti kutanggalkan satu persatu. Dia hanya pasrah ketikatubuhnya benar-benar bugil. Semok banget nenek-nenek ini, kataku dalam hati. Payudaranya sudah melorot dan melebar, tapi berisi. Perutnya berlipat lemak agak buncit khas wanita baya. Budhe Sayekti rupanya sudah mulai terangsang. Ia memberiku isyarat agar aku segera menyetubuhinya. Tak kugubris permintaanya. Kuangkat paha Budhe Sayekti, lalu kuterkam “miliknya” dengan lidahku. Aromanya khas banget. “Mass, jangan, … jijik masss …”, desah Budhe Sayekti Aku malah makin rakus menjilati “miliknya” yang telah basah berlendir dan licin. Rasanya agak asin. Kupuas-puasi mulut dan lidahku menjelajahi rongga kemaluannya. Sesekali kugigit-gigit dengan gemas “kacangnya” hitam kemerahan, sesekali kutarik dengan bibirku. “Ennnaaak, masss … Oohhh”, Budhe Sayekti menggelinjang dan mengerang. Pinggulnya bergoyang-goyang mengimbangi pagutanku di “miliknya”. “Massssssss, … akkkhhhhhhhhh ennnnnnnnnaggggggggghhhh, mmmmmmmaassssshhhhhh ... Budhe mau kencing, masssshhhh … okkkhhh …”, erangan Budhe Sayekti makin menjadi-jadi seperti orang kesurupan. Aku tahu dia mau orgasme. “Masssss, nggak kuat, masss, … syyyyyyuhhhhhh,,,,ppyyyyyhhhhhh rrrrrrhhhhh syyyyyrrrr …”, terasa makin basah “milik” nenek-nenek ini. “Okkkhhhhhhhhhkkkhhhhhhhhhhhh, … okkkkhhhhhhhhhhhh, enak banget, masss …”, “Budhe curang. Aku ‘kan belum keluar, Budhe”, aku merajuk. “Senjataku” sedikit mengendur setengah tegang. “Ntar ah, Budhe mau pipis. Mas ini nakal, masa nenek-nenek digituin”, kata Budhe Sayekti sambilngeloyor ke kamar mandi. Ketika dia mau memakai selimut untuk menutupi tubuh semoknya. “Eitss, nggak boleh. Budhe nggak boleh pakai ini. budhe harus bugil”, kataku sambil menarik selimutnya. Begitu keluar dari kamar mandi kuminta budhe nungging, lalu kujilati bokong semoknya “Mas nakal banget siiihhh … Sekarang kok malah bokong budhe dijilatii”. “Aku udah nggak tahan, Budhe”. Kusuruh dia telentang dan langsung kubenamkan “milikku” ke dalam “milik” nenek- nenek semok itu. Kemudian kugoyang Budhe Sayekti dengan penuh nafsu yang meledak-ledak. Meskipun dia sudah tak muda lagi, tapi rasanya nikmat sekali sampai aku tak mampu menahan orgasme. Cairanku tumpah ruah di dalam “milik” Budhe Sayekti. Dengan nafas memburu aku berbaring di samping Budhe Sayekti. Setelah nafas kami tenang, kami sama-sama ke toilet. Dari toilet aku dan Budhe Sayekti kembali tiduran di tempat tidur sambil ngobrol-ngobrol. “Udah berapa banyak wanita-wanita baya yang mas nikmati?”, tanya Budhe Sayekti. “Ah, budhe ini …”, jawabku tersipu. “Abis mas ini aneh siihh, sukanya sama nenek- nenek”. Aku berterus terang padanya kalau aku sering onani untuk melampiaskan nafsuku. Lalu Budhe Sayekti cerita kalau dia pernah sekali diperkosa oleh majikan laki-lakinya waktu istri majikannya pulang ke Singapura. Akhirnya dapat juga aku bercinta sama nenek- nenek yang baru ku kenal itu. Aku tidak perlu lagi cari PSK STW karena setiap hari Minggu aku dan Budhe Sayekti kencan di Hotel L untuk melampiaskan nafsu birahi kami.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Template Information

jasawebtogel
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Kumpulan Berita Dewasa | Cerita Dewasa | Artikel dewasa - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya